ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT)
Oleh BUSRAACEH (BPP Aceh)
Pada saat ini dikenal lima kelompok utama ZPT yaitu auksin (auxins), sitokinin
(cytokinins), giberelin (giberelins, GAs), etilen (etena, ETH), dan asam
absisat (abscisic acid, ABA). Auksin, Sitokinin, dan Giberelin bersifat positif
bagi pertumbuhan tanaman pada konsentrasi fisiologis, etilena dapat mendukung
maupun menghambat pertumbuhan, dan asam absisat merupakan penghambat
(inhibitor) pertumbuhan.
I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian yang memanfaatkan komponen lokal untuk peningkatan produksi dan ramah lingkungan haruslah didukung dan diaplikasikan di tingkat petani. Salah satu komponen lokal tersebut adalah dengan kelompok bakteri dan hormon-horman yang mampu mengatur pertumbuhan tanaman.
Hormon atau zat yang mampu memberikan pengaruh terhadap pengaturan pertumbuhan tanaman merupakan potensi besar dalam memproduksi suatu komoditi pertanian. Hormon atau zat tersebut dapat dikelola dalam bentuk ZPT (zat pengatur tumbuh.
Dalam dunia pertanian, penggunaan hormon tumbuhan atau dikenal juga dengan istilah ZPT merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan usaha budidaya pertanian. Namun, penggunaan hormon ini harus dilakukan dengat tepat. Pemahaman mengenai fungsi dan peran hormon terhadap laju pertumbuhan maupun perkembangan tanaman sangat penting.
Pemanfaatan ZPT oleh petani dapat mengurangi pemakaian produk-produk buatan/industri dengan fungsi yang sama. Produk ZPT akan aman untuk lingkungan sehingga sesuai dengan pembangunan pertanian berkelanjutan (go green).
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menyampaikan informasi teknologi pemanfaatan komponen lokal berupa produk dan limbah hasil pertanian untuk dijadikan ZPT sebagai bahan pengatur tumbuhan.
II. HORMON DAN ZPT
1. Hormon tumbuh
Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan nama fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil dapat mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan dan atau pergerakan tumbuhan.
Hormon tumbuhan/fitohormon ini selanjutnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh (plant growt regulator) untuk membedakanya dengan hormon pada hewan. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT ) mempunyai peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diawali
dari konsep hormon. Hormon tanaman atau fitohormon adalah senyawa-senyawa
organik tanaman yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi proses-proses
fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama mengenai proses pertumbuhan,
diferensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan
tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh
hormon tanaman.
Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan industri kimia banyak ditemukan senyawa-senyawa yang mempunyai fisiologis serupa dengan hormon tanaman. Senyawa ini dikenal dengan nama ZPT.
Batasan tentang zat pengatur tumbuh pada
tanaman (plant regulator), adalah senyawa organik yang tidak termasuk hara
(nutrient), yang mempunyai 2 fungsi yaitu menstimulir dan menghambat atau
secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan
fitohormon adalah senyawa organik yang bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah
kecil yang disintetis pada bagian tertentu, yang umumnya ditranslokasikan ke
bagian lain tanaman yang menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia,
fisiologis dan morfologis.
2. Golongan hormon tumbuh (ZPT)
Pada saat ini dikenal lima kelompok utama ZPT yaitu auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (giberelins, GAs), etilen (etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid, ABA). Auksin, Sitokinin, dan Giberelin bersifat positif bagi pertumbuhan tanaman pada konsentrasi fisiologis, etilena dapat mendukung maupun menghambat pertumbuhan, dan asam absisat merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan.
Gbr1 Hormon Tanaman |
Gambar 1. ZPT berdasarkan fungsinya
a. Auksin
Peranannya
1). Pengembangan sel
Dari hasil studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel, menunjukan bahwa terdapat indikasi yaitu auksin dapat menaikan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel.
Dalam hubungannya dengan permeabilitas sel, kehadiran auksin meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel. Hal ini ditunjang oleh pendapat Cleland dan Brustrom (1961) bahwa auksin mendukung peningkatan permeabilitas masuknya air ke dalam sel.
2). Phototropisme
Suatu tanaman apabila disinari suatu cahaya, maka tanaman tersebut akan membengkok ke arah datangnya sinar. Membengkoknya tanaman tersebut adalah karena terjadinya pemanjangan sel pada bagian sel yang tidak tersinari lebih besar dibanding dengan sel yang ada pada bagian tanaman yang tersinari. Perbedaan rangsangan (respond) tanaman terhadap penyinaran dinamakan phototropisme.
Terjadinya phototropisme ini disebabkan karena tidak samanya penyebaran auksin di bagian tanaman yang tidak tersinari dengan bagian tanaman yang tersinari. Pada bagian tanaman yang tidak tersinari konsentrasi auksinnya lebih tinggi dibanding dengan bagian tanaman yang tersinari.
3). Geotropisme
Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi
terhadap pertumbuhan organ tanaman. Bila organ tanaman yang tumbuh berlawanan
dengan gravitasi bumi, maka keadaan tersebut dinamakan geotropisme negatif.
Contohnya seperti pertumbuhan batang sebagai organ tanaman, tumbuhnya kearah
atas. Sedangkan geotropisme positif adalah organ-organ tanaman yang tumbuh
kearah bawah sesuai dengan gravitasi bumi. Contohnya tumbuhnya akar sebagai
organ tanaman ke arah bawah.
Keadaan auksin dalam proses geotropisme ini, apabila suatu tanaman (celeoptile) diletakan secara horizontal, maka akumulasi auksin akan berada di bagian bawah. Hal ini menunjukan adanya transportasi auksin ke arah bawah sebagai akibat dari pengaruh geotropisme. Sel-sel tanaman terdiri dari berbagai komponen bahan cair dan bahan padat. Dengan adanya gravitasi maka letak bahan yang bersifat cair akan berada di atas. Sedangkan bahan yang bersifat padat berada di bagian bawah. Bahan-bahan yang dipengaruhi gravitasi dinamakan statolith (misalnya pati) dan sel yang terpengaruh oleh gravitasi dinamakan statocyste (termasuk statolith).
4). Dominasi Apikal
Keadaan auksin dalam proses geotropisme ini, apabila suatu tanaman (celeoptile) diletakan secara horizontal, maka akumulasi auksin akan berada di bagian bawah. Hal ini menunjukan adanya transportasi auksin ke arah bawah sebagai akibat dari pengaruh geotropisme. Sel-sel tanaman terdiri dari berbagai komponen bahan cair dan bahan padat. Dengan adanya gravitasi maka letak bahan yang bersifat cair akan berada di atas. Sedangkan bahan yang bersifat padat berada di bagian bawah. Bahan-bahan yang dipengaruhi gravitasi dinamakan statolith (misalnya pati) dan sel yang terpengaruh oleh gravitasi dinamakan statocyste (termasuk statolith).
4). Dominasi Apikal
Di dalam pola pertumbuhan tanaman, pertumbuhan ujung batang yang dilengkapi dengan daun muda apabila mengalami hambatan, maka pertumbuhan tunas akan tumbuh ke arah samping yang dikenal dengan "tunas lateral" misalnya saja terjadi pemotongan pada ujung batang (pucuk), maka akan tumbuh tunas pada ketiak daun. Fenomena ini kita namakan "apical dominance“.
Hubungan antara auksin dengan apical dominance pada suatu tanaman, dimana pucuk tanaman kacang (apical bud) dibuang, sebagai akibat treatment akan menyebabkan tumbuhnya tunas di ketiak daun. Dari ujung tanaman yang terpotong itu diletakan blok agar yang mengandung auksin. Dari perlakuan tersebut ternyata bahwa tidak terjadi pertumbuhan tunas pada ketiak daun. Hal ini membuktikan bahwa auksin yang ada di apical bud menghambat tumbuhnya tunas lateral.
5). Perpanjangan akar (root initiation)
Hasil suatu eksperimen dengan menggunakan zat kimia NAA (Naphthalene acetic acid), IAA (Indole acetid acid) dan IAN (Indole-3-acetonitrile) yang ditreatment pada kecambah kacang. Dari hasil eksperimennya diperoleh petunjuk bahwa ketiga jenis auksin ini mendorong pertumbuhan primordia akar.
Namun perlu diingat bahwa pemberian konsentrasi IAA yang relatif tinggi pada akar, akan menyebabkan terhambatnya perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah akar.
6). Pertumbuhan batang (stem growth)
Di dalam alam, hubungan antara auksin dengan pertumbuhan batang nyata erat sekali. Apabila ujung coleoptile dipotong, kemungkinan tanaman tersebut akan terhenti pertumbuhannya. Di dalam tanaman, jaringan-jaringan muda terdapat pada apical meristem. Hubungannya dengan pertumbuhan tanaman peranan auksin sangat erat sekali.
7). Parthenocarpy
Di dalam alam sering kita menjumpai buah yang tidak berbiji. Seperti ; Anggur, dan tanaman famili mentimun. Keadaan seperti ini disebabkan tidak dialaminya pembuahan pada perkembangan buah. Di dalam fisiologi, keadaan seperti ini dinamakan Parthenocarpy.
Di dalam proses Parthenocarpy, hormon auksin bertalian erat. Hasil penelitian menunjukan pula bahwa kandungan auksin pada ovary yang mengalami pembuahan (pollination) meningkat bila dibandingkan dengan ovary yang tidak mengalami pembuahan.
8). Pertumbuhan buah (fruit growth)
Peningkatan volume buah ada hubungannya dengan pertumbuhan buah. Keadaan ini akibat hasil pembelahan sel dan/atau pengembangan sel. Fase pembelahan sel biasanya overlap dengan pengembangan sel (cell enlargementh). Keadaan perkembangan ini selalu diikuti oleh peningkatan ukuran buah. Bahwa endosperma dan embrio di dalam biji menghasilkan auksin yang menstimulasi pertumbuhan endosperma.
Suatu anggapan mengenai peranan auksin dalam pertumbuhan buah, diaplikasikan pada black berry, anggur, strawberry dan jeruk. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan buah lebih cepat 60 hari dari fase normal rata-rata 120 hari.
9). Absisi
Absisi adalah suatu proses secara alami terjadinya pemisahan bagian/organ tanaman dari tanaman, seperti ; daun, bunga, buah atau batang. Dalam proses abscission ini faktor alami seperti ; dingin, panas, kekeringan, akan berpengaruh terhadap abscission.
Dalam hubungannya dengan hormon tumbuh, maka mungkin hormon ini akan mendukung atau menghambat proses tersebut.
Pengaruh auksin terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yang tinggi akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan konsentrasi rendah akan mempercepat terjadinya absisi.
Respon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi kedalam dua fase jika perlakuan auksin diberikan setelah daun terlepas. Fase pertama, auksin akan menghambat absisi, dan fase kedua auksin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi.
10). Senescence
Senescence adalah suatu penurunan kemampuan tumbuh (viability) disertai dengan kenaikan vulnerability suatu organisme.
Namun di dalam tanaman, istilah ini diartikan; menurunnya fase pertumbuhan (growth rate) dan kemampuan tumbuh (vigor) serta diikuti dengan kepekaan (susceptibility) terhadap tantangan lingkungan, penyakit atau perubahan fisik lainnya.
Ciri dari
fenomena ini selalu diikuti dengan kematian.
Di dalam alam, senescence terjadi pada daun, batang dan buah. Ada empat bentuk senescence yang terjadi pada tanaman yaitu:
Di dalam alam, senescence terjadi pada daun, batang dan buah. Ada empat bentuk senescence yang terjadi pada tanaman yaitu:
a). Semua organ tumbuh mengalami senescence (over-all senescence)
b). Senescence yang terjadi pada bagian atas (top senescence)
c). Senescence yang terjadi seluruh bagian daun dan buah (decideus senescence)
d). Senescence berkembang dari daun paling bawah menuju ke arah atas (progresive senescence)
b. Sitokinin
Sitokinin, adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa.
Sitokinin memiliki struktur menyerupai adenin yang mempromosikan pembelahan sel dan memiliki fungsi yang sama lain untuk kinetin.
Kinetin adalah sitokinin pertama kali ditemukan dan dinamakan demikian karena kemampuan senyawa untuk mempromosikan sitokinesis (pembelahan sel). Meskipun itu adalah senyawa alami, hal ini tidak dibuat di tanaman, dan karena itu biasanya dianggap sebagai "sintetik" sitokinin (berarti bahwa hormon disintesis di tempat lain selain di pabrik).
Sitokinin telah ditemukan di hampir semua tumbuhan yang lebih tinggi serta lumut, jamur, bakteri, dan juga di banyak tRNA dari prokariota dan eukariota. Saat ini ada lebih dari 200 sitokinin alami dan sintetis serta kombinasinya. Konsentrasi sitokinin yang tertinggi di daerah meristematik dan daerah potensi pertumbuhan berkelanjutan seperti akar, daun muda, pengembangan buah-buahan, dan biji-bijian.
Peranan sitokinin antara lain:
a) bersama dengan auksin dan giberelin
merangsang pembelahan sel-sel tanaman
b) merangsang morfogenesis
(inisiasi/pembentukan tunas) pada kultur jaringan.
c) merangsang pertumbuhan pertumbuhan
kuncup lateral.
d) merangsang perluasan daun yang
dihasilkan dari pembesaran sel atau merangsang pemanjangan titik tumbuh daun
dan merangsang pembentukan akar cabang
e) meningkatkan membuka stomata pada
beberapa spesies.
f) mendukung konversi etioplasts ke
kloroplas melalui stimulasi sintesis klorofil.
g) menghambat proses penuaan (senescence)
daun
h) mematahkan dormansi biji
Merk dagang antara lain: Novelgrow. Sitokinin alami terdapat pada air kelapa.
c. Giberelin
Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme,
aplikasi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya
GA3 yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas) merek dagang
antara lain: ProGib.
Giberalin alami banyak terdapat didalam umbi bawang merah.
Giberelin adalah turunan dari asam
gibberelat. Merupakan hormon tumbuhan alami yang merangsang pembungaan,
pemanjangan batang dan membuka benih yang masih dorman. Ada sekitar 100 jenis
giberelin, namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang paling umum digunakan.
Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung giberelin atau gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam giberelin. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu substansi dalam jamur
Peranan giberelin bagi tanaman
- Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
- Meningkatkan pembungaan.
- Memacu proses perkecambahan biji. Salah
satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji
seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak
dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan
memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang
akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
- Berperan pada pemanjangan sel.
- Berperan pada proses partenokarpi. pada
beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau
pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
d. Etilen
Etilen, hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses
pematangan buah Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen
berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai.
(misalnya: Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL.
Struktur kimia etilen sangat sederhana
yaitu terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen (H2C=CH2 ).
Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah
dapat menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan
bahkan membunuh tanaman.
Peranan etilen bagi tanaman
Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting. Wereing dan Phillips (1970) telah mengelompokan pengaruh etilen dalam fisiologi tanaman sebagai berikut:
a). mendukung respirasi climacteric dan
pematangan buah
b). mendukung epinasti
c). menghambat perpanjangan batang
(elengation growth) dan akar pada beberapa species tanaman walaupun etilen ini
dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle padatanaman
tertentu, misalnya Colletriche dan padi.
d). Menstimulasi perkecambahan
e). Menstimulasi pertumbuhan secara
isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan secara
longitudinal
f). Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
g). Mendukung terjadinya abscission pada
daun
h). Mendukung proses pembungaan pada nanas
i). Mendukung adanya flower fading dalam
persarian anggrek
j). Menghambat transportasi auksin secara
basipetal dan lateral
k). Mekanisme timbal balik secara teratur
dengan adanya auksin yaitu konsentrasi auksin yang tinggi menyebabkan
terbentuknya etilen.
e. Inhibitor
Yang dimaksud dengan istilah inhibitor adalah zat yang menghambat pertumbuhan
pada tanaman, sering didapat pada proses perkecambahan, pertumbuhan pucuk atau
dalam dormansi. Di dalam tanaman, inhibitor menyebar disetiap organ tubuh
tanaman tergantung dari jenis inhibitor itu sendiri. Beberapa jenis inhibitor
adalah merupakan bentuk phenyl compound termasuk phenol, benzoic acid, cinamic
acid dan coffeic acid. Gallic acid dan shikimic acid merupakan turunan dari
benzoic acid. Selanjutnya ia mengemukakan pula bahwa gallic acid dapat
diketemukan pada buah yang matang, sedangkan ferulic acid dan p-coumaric acid
merupakan ko faktor untuk IAA oksida.
Di dalam alam, abscisic acid dapat dijumpai pada daun, batang, rizoma, ubi (tuber), tunas (bud), tepung sari, buah, embrio, endosperm, ataupun kulit biji (seed coat) misalnya pada tanaman kentang, kacang, apel, adpokat rose dan kelapa.
Plant growth retardant adalah inhibitor yang berperan dalam menghambat aktivitas apical meristematik.
Peranan Inhibitor pada tanaman
a) Asam absisat
Di dalam tanaman, Asam absisat (ABA)
menyebar di dalam jaringan. Inhibitor ini mempunyai fungsi atau peranan yang
berlawanan dengan zat pengatur tumbuh: auksin, gibberellin, dan sitokinin.
b) Plant growth retardant
Plant growth retardant adalah inhibitor
yang berlawanan dengan kegiatan gibbberellin pada perpanjangan batang.
III. PEMBUATAN DAN APLIKASI ZPT
1. Tujuan pembuatan ZPT
Tujuan penulisan artikel adalah untuk memberikan informasi teknologi membuat
ZPT, yaitu bagaimana mengekstrak hormon dengan jalan fermentasi.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT ) mempunyai peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Sebenarnya ZPT sudah terkandung dalam tanaman itu sendiri yang kita sebut dengan hormon tanaman. Jadi ZPT adalah tiruan atau sintetik dari hormon tanaman. Cuma yang jadi masalah adalah kita tidak tahu pada tanaman apa dan bagian tanaman yang mana hormon/ZPT itu ada serta bagaimana cara kita mengekstrak hormon/ZPT tersebut.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT ) mempunyai peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Sebenarnya ZPT sudah terkandung dalam tanaman itu sendiri yang kita sebut dengan hormon tanaman. Jadi ZPT adalah tiruan atau sintetik dari hormon tanaman. Cuma yang jadi masalah adalah kita tidak tahu pada tanaman apa dan bagian tanaman yang mana hormon/ZPT itu ada serta bagaimana cara kita mengekstrak hormon/ZPT tersebut.
Salah satu cara mengekstrak hormon/ZPT adalah difermentasi menggunakan mikroorganisme. Sehingga kita bisa memperoleh hormon/ ZPT dengan harga murah yang berasal dari tanaman sekitar kita.
Gambar 2. Pupuk Keseimbangan hara tanaman
2. Cara pembuatan
Berikut ini beberapa cara mudah membuat auksin, sitokinin dan giberelin.
a. Pembuatan Auksin
Bahan :
- 1 Kg Keong mas / Bekicot,
- 1 Kg Keong mas / Bekicot,
- 5 Lt Air,
- 1 Kg Gula / Tetes tebu,
- 1 gelas EM4/MOL
Cara Pembuatan :
- Keong mas/bekicot direbus dengan air sampai mendidih kemudian diambil dagingnya, cangkang dibuang.
- Setelah dingin, masukkan EM4/MOL, aduk
dan campur sampai rata.
- Masukkan dalam wadah, tutup dengan plastik lalu ikat dengan karet.
- Simpan dan letakkan pada tempat yang teduhm biarkan selama 12-15 hari.
b. Pembuatan Sitokinin
- Masukkan dalam wadah, tutup dengan plastik lalu ikat dengan karet.
- Simpan dan letakkan pada tempat yang teduhm biarkan selama 12-15 hari.
b. Pembuatan Sitokinin
Bahan :
- 1 Kg bonggol pisang,
- 5 Lt air,
- 1 Kg gula/tetes tebu
- 1 gelas EM4/MOL
Cara Pembuatan :
- Bonggol pisang dicacah atau
diblender
- campur dengan semua bahan.
- Aduk sampai rata,
- masukkan dalam wadah kemudian tutup
dengan plastik dan ikat memakai karet.
- Simpan dan diamkan selama 12-15 hari
pada tempat yang teduh.
c. Pembuatan Giberelin
Bahan :
- 1 Kg rebung bambu,
- 5 Lt air,
- 1 Kg gula/tetes tebu,
- 1 gelas EM4/MOL
Cara Pembuatan :
- Kupas rebung bambu,
- Cacah kecil-kecil
- Campur dengan semua bahan lainnya.
- Aduk sampai rata,
- Masukkan dalam wadah kemudian tutup
denga plastik dan ikat memakai karet.
- Simpan dan diamkan selama 12-15 hari pada tempat yang teduh.
- Simpan dan diamkan selama 12-15 hari pada tempat yang teduh.
Beberapa bagian tanaman yang bisa digunakan untuk membuat Homon/ ZPT adalah:
1). Untuk membuat Hormon/ZPT auksin kita bisa gunakan tauge, bekicot atau keong mas
2). Untuk membuat Hormon/ZPT giberelin kita bisa gunakan biji jagung dan rebung
3). Untuk membuat Hormon/ZPT sitokinin kita bisa gunakan air kelapa dan bonggol pisang
1). Untuk membuat Hormon/ZPT auksin kita bisa gunakan tauge, bekicot atau keong mas
2). Untuk membuat Hormon/ZPT giberelin kita bisa gunakan biji jagung dan rebung
3). Untuk membuat Hormon/ZPT sitokinin kita bisa gunakan air kelapa dan bonggol pisang
3. Aplikasi
Aplikasi ZPT dilakukan dengan cara menyemprotkan ke tanaman, bisa bersamaan
dengan aplikasi pestisida. Dapat juga dengan cara dikocorkan dengan
memcampurkannya dengan NPK (tanaman hortikultura).
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat bermanfaat bagi petani dalam menjalankan usahataninya.
Produk ZPT dapat dibuat sendiri oleh petani dengan menerapkan teknologi yang
sederhana.
Pembuatan ZPT bahan yang digunakan tauge,
bekicot atau keong mas (untuk auksin), biji jagung dan rebung (untuk
giberelin), sertar kelapa dan bonggol pisang (untuk sitokinin)
4.2. Saran
Sehubungan teknologi yang digunakan dalam
pembuatan ZPT bersifat sederhana, hendaknya petani dapat membuat sendiri dengan
bimbingan penyuluh pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Anna Kasvaa. 2007. The growth enhancing effects of triacontanol. htttp://www.carbonkick.fi. Diakses tanggal 9 September 2013.
0 comments:
Post a Comment